Jumat, 22 Mei 2015

PROSES PENULISAN KARYA ILMIAH

I.       PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
                Karya ilmiah merupakan hasil tulisan yang menuruti suatu aturan tertentu. Aturan tersebut  biasanya merupakan suatu persyaratan tata tulis yang telah dibakukan oleh masyarakat akademik. Secara umum, proses penulisan karya ilmiah dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu : tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap perbaikan.
                Sebagai hasil penelitian atau kegiatan ilmiah setiap karangan ilmiah mengandung komponen adanya masalah yang menjadi topik karangan ilmiah itu. Adanya tujuan penelitian, metode penelitian, teori yang dianut, objek penelitian, instrumen yang digunakan, dan adanya hasil penelitian yang diperoleh. Setelah kaidah ditemukan dan dirumuskan, kegiatan penelitian harus diwujudkan dalam bentuk laporan. Hal ini dimaksudkan karena sasaran akhir penelitian adalah mengkomunikasikan hasil penelitian pada khalayak terkait. Oleh karena itu,  menulis laporan merupakan tahap akhir yang penting dalam penelitian, karena menulis laporan merupakan proses komunikasi yang membutuhkan adanya pengertian yang sama antara penulis dan  pembaca.
                Jadi, dapat disimpulkan belajar menulis karya ilmiah itu sangatpenting. Supaya di setiap proses dan tahapannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu, pentingnya belajar menulis karya ilmiah juga dapat memperjelas sasaran atau tujuan dilaksanakannya penelitian sehingga dalam pembahasannya dapat disampaikan secara tepat dan mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga kami membuat makalah penulisan karya ilmiah ini sebagai bahan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan karya ilmiah?
2. Bagaimana sistematika atau kerangka penulisan karya ilmiah?
3. Bagaimana cara penulisan karya ilmiah yang baik?
4. Jenis atau bentuk – bentuk apa saja yang termasuk karya ilmiah?

C. Tujuan  dan Manfaat
                Tujuan penulisan makalah ini untuk memaparkan bagaimana cara penulisan karya ilmiah yang baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Menjelaskan tentang perbedaan antara karya ilmiah dan karya non-ilmiah. Yang mencangkup tahap – tahap pelaksanaan dan cara penulisan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan supaya dapat dikomunikasikan dengan baik pada sasaran serta menunjukan jenis – jenis dari karya atau penulisan ilmiah.
Manfaat penulisan ini supaya pembaca makalah ini dapat bertambah wawasan.

D.      Tinjauan Pustaka
                Pembahasan tentang cara penulisan karya ilmiah sudah banyak buku – buku yang ditulis oleh para ahlinya. Pertama pengertian dari karya ilmiah itu sendiri dipaparkan oleh Drs. Abdul Chaer (2011) dalam buku yang berjudul “Ragam Bahasa Ilmiah” namun dalampembahasannya kurang spesifik dan lebih menekankan pada cara penulisan kutipan.
Hal yang sama oleh Prof.Dr.Mahsun, M.S (2007) dalam bukunya “Metode Penelitian Bahasa”, dalam buku ini lebih banyak pembahasan tentang tahapan – tahapan penelitian disertai dengan contoh.
Sedangkan di buku yang lain oleh Drs. Hermawan Warsito (1992), Pengertian karya ilmiah, cara penulisan karya ilmiah, jenis – jenis karya ilmiah dipaparkan secara komplit. Tetapi pada pembahasannya disajikan secara ringkas serta Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum. (2006), memaparkan hal yang sama dengan Drs. Abdul Chaer (2011).

    II.      PEMBAHASAN

A.      Pengertian Karya Ilmiah
                Karya ilmiah adalah karya yang disusun berdasarkan satu hasil penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya, bukan hasil rekaan atau pemikiran seseorang tanpa adanya penelitian. Karya non-ilmiah adalah karya yang belum memenuhi persyaratan-persyaratan ilmiah. Perbedaan antara karya ilmiah dan non-ilmiah lebih didasarkan pada pertanggungjawaban ilmiahnya. Sebagai karya hasil penelitian maka di dalam karya ilmiah harus ada beberapa komponen yaitu :
a. Masalah penelitian
b. Tujuan penelitian 
c. Metode penelitian
d. Kajian Teori
e.  Objek penelitian, data, dan variabel penelitian
f. Hasil penelitian
Supaya para pembaca dapat lebih memahami keenam komponen di atas, maka disini akan dijelaskan secara singkat tentang keenam komponen tersebut.
 a. Masalah Penelitian
Berkaitan dengan masalah penelitian, yang dibahas mencakup: hakikat masalah, cara mencari masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah. Sebelum kita melakukan suatu penelitian, pastilah kita harus menentukan masalah yang akan diteliti. Masalah dapat dipahami atau diartikan sebagai adanya keadaan, kejadian, atau peristiwa yang perlu untuk dipecahkan. Masalah biasanya timbul karena adanya kesenjangan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya, antara apa yang seharusnya ada dan apa yang ada dalam kenyataan, mengenai teknologi dan pengetahuan ataupun sesuatu yang lain yang dapat menimbulkan suatu pertanyaan. Maka penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut atau memperkecil kesenjangan yang terjadi.
Kita dapat menemukan suatu masalah dengan cara proaktif mencari dari berbagai sumber bacaan seperti karya ilmiah lain atau jurnal ilmiah, dari pertemuan-pertemuan ilmiah, pernyataan pemegang otoritas, pengamatn sepintas, dan sebagainya.
Seandainya kita telah menemukan masalah yang akan diteliti, maka pertama-tama kita harus menjelaskan mengapa masalah tersebut layak untuk diteliti, dilihat dari segi ilmiah dan segi kegunaan hasil peneliti tersebut.
Selanjutnya, jika masalah tersebut kita teliti maka kita akan menemukan sejumlah masalah yang lebih kecil yang perlu diidentifikasikan dulu. Kemudian dari masalah-masalah yang telah kita identifikasi, kita memilih sebuah masalah yang dianggap paling tepat untuk diteliti sebagai fokus dalam penelitian tersebut. Kita harus membatasi masalah yang kita teliti agar penelitian yang kita lakukan bisa lebih mendalam. Oleh karena itu, masalah yang akan kita teliti haruslah dirumuskan dulu dengan baik.
 b. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentu mempunyai suatu tujuan. Supaya penelitian tersebut dapat terarah sesuai dengan masalahnya, maka tujuan penelitian itu harus sejalan dengan rumusan masalahnya.
Di sini perlu disinggung, bahwa judul penelitian sebaiknya sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian agar mempermudah para pembaca dalam memahaminya.
 c. Metode penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai jalan atau cara untuk memecahkan masalah. Metode penelitian dibagi menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, maka ada dua cara untuk melakukan metode penelitian.
Metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan bantuan analisis statistik, dan untuk membuat generalisasi dari sampel yang diangkat dari populasi. Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan data-data yang ditemukan dari sebuah objek penelitian. Kalau penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji hipotesis, maka penelitian kualitatif bertujuan menemukan atau menyusun “teori-teori” baru dari data-data penelitian yang digunakan.
Selain penelitian kuantitatif dan kualitatif, ada satu lagi penelitian yang disebut dengan action research. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa siklus, biasanya digunakan untuk meningkatkan hasil belajar atau hasil suatu produk. Setiap siklus akan menghasilkan satu hipotesis yang akan digunakan untuk siklus selanjutnya. Kekurangan pada siklus pertama akan diperbaiki oleh siklus selanjutnya, begitu seterusnya sampai siklus yang terakhir dan didapatkan hasil yang dianggap memuaskan.
d. Kajian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan dan tujuan penelitian ditetapkan, maka harus dilanjutkan dengan kajian teori yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian. Kajian teori dapat diambil dari berbagai sumber, dari buku, jurnal, atau karangan ilmiah yang ada. Penelitian yang bersifat kuantitatif harus benar-benar mengkaji teori-teori yang ada lalu merumuskan konsep pikiran dari teori-teori tersebut, serta merumuskan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data yang akan dikumpulkan.
Sedangkan dalam penelitian yang bersifat kualitatif kajian teori dikumpulkan sedikit demi sedikit. Data yang baru terkumpul langsung dianalisis, dijelaskan berdasarkan kerangka pikir yang telah ditetapkan.
 e. Objek penelitian, data, dan variabel penelitian
Dalam penelitian kuantitatif objek penelitiannya disebut populasi, tetapi tidak seluruh populasi yang diteliti, melainkan hanya sampel (percontoh) dari populasi itu. Namun, hasil penelitian terhadap sampel itu kemudian digeneralisasikan sebagai hasil dari populasi itu. Sampel biasanya diambil sekian persen dari populasi, tergantung dari besarnya populasi itu.
Dalam penelitian kualitatif, besarnya objek yang diteliti tidak berdasarkan pada sampel, melainkan pada jumlah yang dianggap memadai atau mencukupi, sampai tujuan yang ingin diketahui dianggap telah tercapai.
Dalam penelitian kuantitatif berupa angka-angka nilai, kemudian akan dianalisis dengan bantuan statistik. Sedangkan penelitian kualitatif berupa hal, keadaa, kejadian, dan sebagainya.
Perlu dijelaskan bahwa objek penelitian tidak sama dengan data penelitian. Dalam penelitian kuantitatif ada istilah variabel penelitian. Yang dimaksud dengan variabel penelitian itu adalah sama hal dengan yang diteliti. Umpamanya, kalau judulnya adalah korelasi, antara kemampuan membaca dengan kemampuan menulis, maka variabelnya adalah kemampuan membaca dan menulis. Salah satu diantaranya dijadikan variabel bebas dan yang lain dijadikan variabel terikat.
f. Hasil Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, hasil penelitiannya berupa hasil perhitungan statistik terhadap variabel-variabel yang diteliti, lalu hasil perhitungan statistik ini dijadikan dasar untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam penelitian kualitatif, hasil penelitiannya berupa penjelasan terhadap data-data yang ditemukan.
Berdasarkan hasil penelitian itu, kemudian ditarik suatu kesimpulan dan berdasarkan kesimpulan, ditarik saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.

B. Sistematika atau Kerangka Penulisan Karya Ilmiah
Hasil penelitian yang dilaporkan dalam bentuk tulisan merupakan karya ilmiah. Oleh karena itu, penulisnya harus menuruti suatu aturan kerangka penulisan tertentu. Aturan penulisan tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada lembaga yang bersangkutan. Secara umum, kerangka penulisan karya ilmiah dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: pendahuluan, isi, dan penutup.[2]
1.    Bagian Pendahuluan
Bagian ini biasanya berisi : halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan grafik.
·           Halaman Judul
Judul ditulis untuk mengetahui garis besar isi laporannya. Judul ditulis dengan huruf kapital, biasanya di tengah halaman agak ke atas. Tetapi ada juga variasi lain.
·           Halaman Pengesahan
       Berisi persetujuan dari pembimbing atau lembaga yang bersangkutan.
·           Kata Pengantar
       Menguraikan dengan singkat alasan dan tujuan penyusunan laporan penelitian, dan ucapan terima kasih kepada pembimbing dan pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
·           Halaman Abstrak
       Berisi masalah pokok pada skripsi atau disertasi. Pada makalah, tidak memerlukan halaman ini.
·           Daftar Isi
       Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi pokok laporan, sehingga harus mencantumkan dengan jelas urutan bab dan sub-bab, serta seluruh lampiran yang ada dengan nomor halaman masing-masing.
·           Daftar Tabel, Gambar, dan Grafik
Jika menggunakan lampiran tabel, gambar, dan grafik untuk menunjang isi laporan, maka harus mencantumkan nomor urut dan halaman dengan jelas.
2.     Bagian Isi
Secara umum, bagian isi terdiri dari:
Ø Pendahuluan
Memaparkan:  latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis, penjelasan, dan metode penelitian.
Ø Landasan teori
Berisi: uraian teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan konsep yang mendasari perumusan hipotesis.
Ø Hasil penelitian
Menguraikan: pengolahan dan analisis data, serta penafsiran hasil analisis data.
Ø Kesimpulan dan Saran
Menguraikan keseluruhan hasil penelitian. Mengulas hasil penafsiran yang dirujukkan kepada landasan teori yang digunakan kemudian dikemukakan beberapa saran.
3.         Bagian Penutup
Pada umumnya terdiri dari:
v  Daftar Kepustakaan
Daftar ini harus secara lengkap dan sistematis mencantumkan seluruh buku sumber yang digunakan dalam penulisan laporan.
v  Lampiran
Berisi seluruh materi yang disertai daftar pertanyaan, perhitungan statistik, tabel, dan lain-lain.
v  Indeks
Berisi daftar kata, istilah, atau nama yang ada dalam laporan dan disusun menurut abjad.

C.      Cara atau Syarat Penulisan Karya Ilmiah yang Baik

Secara umum, penulisan karya tulis ilmiah harus memenuhi beberapa syarat tertentu, hasil penulisan karya ilmiah harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya karena karya ilmiah bukanlah suatu karangan bebas yang dapat di buat berdasarkan imajinasi ataupun khayalan penulis.
Suatu karya ilmiah harus apa adanya sesuai dengan kenyataan adapun syarat – syarat penulisan karya ilmiah adalah prinsip ilmiah dan sesuai dengan tatatulis baku (EYD). Syarat penulisan karya ilmiah mencakup bebarapa hal sebagai berikut : [3]
1.    Objektivitas
Objektivitas berhubungan dengan sikap penulis. Dalam hal ini, penulis harus bersikap objektif dalam mengemukan pendapatannya, apa adanya, tidak dibuat–buat. Sehingga hasil tulisannya dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan data yang ada.
2.    Pola berfikir deduktif – induktif
Dalam mengemukakan atau menarik kesimpulan, penulis harus menggunakan pola berfikir yang logis (runtut dan sesuai dengan nalar) ada dua pola  berfikir logis yaitu : dedukatif dan indukatif. Pola berfikir deduktif bertolak dari teori atau hal yang umum untuk menarik kesimpulan yang khusus.
Contoh : Secara umum dikatakan semua dokter tulisannya jelek, lalu fakta khusus ayahku seorang dokter, maka dapat ditarik kesimpulan ayahku tulisannya jelek.
Sedangkan pola berfikir induktif yaitu cara berfikir atau menarik kesimpulan dari fakta – fakta khusus kepada  fakta umum atau kalimat utamanya berupa kalimat yang bersifat umum.
Contoh : Fakta – fakta khusus menyatakan manusia membutuhkan oksigen. Hewan membutuhkan oksigen. Tumbuhan membutuhkan oksigen, maka dapat disimpulkan bahwa “semua mahluk hidup membutuhkan oksigen”
3.    Sistematika
Karya tulis ilmiah harus disusun secara sistematika, artinya menuruti alur pemahaman yang runtut dari masalah sampai pada kesimpulan.[4] Tata tulis baku berhubungan dengan sistematika penulisan karya tulis ilmiah, biasanya masing – masing lembaga mempunyai peraturan tata tulis yang berbeda. Akan tetapi, pada dasarnya peraturan tersebut mempunyai patokan yang sama. Tata tulis baku ini diperlukan karena :
·      Dapat memperlancar komunikasi hasil penelitian.
·      Memudahkan penilaian atau pertanggungjawabannya.
·      Mempercepat penyebarluasan tanpa membutuhkan penyusunan kembali.
Tata Cara Penulisan Ilmiah terdiri dari: penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
1.    Kutipan
        Kutipan merupakan penulisan kembali pendapat atau hasil karya tulis orang lain,baik langsung maupun tidak langsung.Pada umumnya kutipan dibedakan menjadi dua,yaitu: Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
a.       Kutipan Langsung
              Kutipan langsung ditulis persis dengan aslinya(baik kata,ejaan,maupun tanda bacanya).Kutipan seperti ini biasanya digunakan untuk mengutip: rumus, peraturan hukum, suratkeputusan, peribahasa, difinisi, dan lain-lain.Secara umum kutipan langsung dibedakan menjadi dua:kutipan langsung panjang dan kutipan langsung pendek.Kutipan langsung panjang,ditulis lebih darti tiga baris,ditulis sendiri dalam alinea baru dengan perubahan spasi.Baris pertama kutipan dituluskan pada ketukan kedelapan dari margin kiri,baris berikutnya dimulai pada ketukan ke-lima.
              Kutipan langsung pendek tidak lbih dari tiga baris,dituliskan langsung dalam kalimat penulis diantara tanda petik(“…”) dan tanpa perubahan spasi.
b.      Kutipan Tak Langsung
              Kutipan tak langsung ini merupakan uraian penulis dengan kata-kata sendiri berdasarkan pendapat atau hasil karya penulis lain. Tetapi pendapat pribadi tidak boleh dikemukakan didalamnya.penulisanya tanpa tanda petik dan spasi.Sumber asal kutipan dapat dituliskan langsung dengan mencantumkan nama penulis,tahun terbit,dan halaman buku.
2.    Catatan Kaki
                Yang dimaksud dengan catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman tulisan yang bersangkutan.Catatan kaki sebetulnya bukan untuk mengetahui sumber kutipan,tetapi untuk memberi penjelasan mengenai sesuatu yang berada diluar pokok pembicaraan,yang perlu diketahui untuk memahami pokok pembicaraan lebih jauh.Sumber catatan kaki dapat berasal dari:buku,majalah,jurnal,makalah,surat kabar maupun pernyataan langsung.Cara penulisanya dengan mencantumkan nama pengarang,judul tulisan,kota dan nama penerbit,tahun terbit serta halaman kutipan.Penulisan sumber kutipan yang muncul berulang kali dapat disingkat dengan beberapa istilah,seperti:ibid.,op.cit.,dan loc.ci.
3.    Daftar Pustaka
                Daftar pustaka berisi semua sumber  bacaan yang digunakan dalam penulisan.Komponen yang harus ada dalam daftar pustaka adalah,nama pengarang,tahun terbit,judul buku,kota penerbit,nama penerbit.

D.      Bentuk-Bentuk Karya Ilmiah
Dilihat dari bobot dan kedalaman analisisnya bisa dibedakan adanya beberapa karangan ilmiah, yaitu karya tulis, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan laporan hasil penelitian. Pada prinsipnya semua karangan ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut.
1)      Karya Tulis
Karya tulis adalah karangan ilmiah yang lazim diberikan kepada siswa sekolah menengah mengenai salah satu aspek satu mata pelajaran. Di dalamnya terdapat komponen masalah, tujuan penulisan, pembahasan, dan kesimpulan. Panjangnya kurang lebih sepuluh halaman ketikan dua spasi pada “kertas ukuran A4”. [5]
2)      Makalah
Makalah adalah karangan ilmiah yang ditulis untuk disajikan dalam seminar atau simposium. Tebalnya sekitar 15 halaman diketik satu setengah spasi pada kertas ukuran A4, termasuk abstrak dan daftar pustaka.
Makalah juga harus disusun berdasarkan hasil penelitian, entah penelitian lapangan maupun penelitian pustaka. Jadi, semua komponen penelitian ada tercakup di dalamnya. Namun, format susunannya tidak perlu formal seperti pada skripsi, tesis, dan disertasi.Abstrak yang diletakkan pada awal makalah, biasanya berisi tujuan penulisan, masalah penulisan, dan hasil atau kesimpulan. Abstrak lazim berisi kata kunci dari abstrak itu.
Kemajuan teknologi dewasa ini tidak menuntut penyaji makalah membacakan makalahnya melainkan hanya menjelaskan makalah dari power point yang ditayangkan.[6]
3)      Skripsi
Skripsi adalah karangan ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain yang ditulis untuk menjadi syarat tugas akhir pada pendidikan strata satu (S1). Masalah yang diajukan berkenaan dengan salah satu aspek yang menjadi substansi bidang keilmuan yang ditekuni. Skripsi memiliki bobot yang lebih tinggi dari sebuah karya tulis. Semua komponen penelitian yang dikemukakan pada subbab 8.1 harus jelas tampak dalam sebuah skripsi. [7]
Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan). Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis. Jumlah halaman untuk skripsi minimal 60 halaman. Kalau karya tulis tidak diujikan, dan makalah disajikan dalam suatu seminar atau suatu pertemuan ilmiah, maka skripsi diujikan di muka suatu sidang ujian skripsi.
4)      Tesis
Tesis adalah karangan ilmiah sebagai tugas akhir dalam pendidikan strata dua. Isinya merupakan pendalaman dari salah satu aspek atau segi program studi yang diikuti. Tesis juga diujikan dalam satu sidang ujian tesis.[8]
Penulisan tesis bertujuan mensintesikan ilmu yang diperoleh dari perguruan tinggi guna memperluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah master, khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal yang menjadi tema tesis tersebut. Jumlah halaman untuk Tesis minimal 80 halaman.
5)      Disertasi
Disertasi adalah karangan ilmiah sebagai tugas akhir dalam pendidikan strata tiga. Isinya merupakan tinjauan filosofis terhadap satu aspek atau segi dari bidang ilmu yang diteliti. Penekanan pada aspek filosofis ini menjadi ciri pada pendidikan strata tiga. Mengapa? Karena induk dari segala ilmu adalah filsafat. Mereka yang sudah menyelesaikan pendidikan strata tiga atau yang telah menyelesaikan disertasi dikatakan pengetahuannya telah sampai pada tingkat filsafat. Maka itu, di Inggris atau di negara lain, mereka yang telah lulus dalam pendidikan strata tiga diberi gelar Ph.D (=Philosophy Degree). Artinya, telah mencapai derajat filosof.[9]
Disertasi merupakan suatu karangan ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada sutu perguruan tinggi, desertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari desertasi tersebut,  penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak menyandang gelar Doktor. Jumlah halaman untuk Disertasi minimal 250 halaman.
6)      Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian adalah laporan yang dibuat setelah suatu penelitian dilakukan. Laporan penelitian juga berisi komponen masalah, metode penelitian, objek penelitian, instrumen penelitian, hasil yang dicapai. Lalu rekomendasi untuk melakukan sesuatu yang lain berdasarkan hasil penelitian itu. [10]


III.   PENUTUP
A.      Analisis
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah digunakan untuk melaporkan atau  mengkomunikasikan hasil kegiatan ilmiah, yang dilakukan dalam suatu penelitian ilmiah. Karya ilmiah dan non-ilmiah sangatlah berbeda, karya ilmiah ditulis berdasarkan fakta atau data – data yang diperoleh melalui tahap penelitian sedangkan karya non–ilmiah, merupakan suatu bentuk karangan dari hasil pemikiran atau imajinasi seseorang yang terkadang tidak masul akal (khayal).
Karya ilmiah harus disajikan dalam bahasa ilmiah, yang antara lain memiliki ciri :
1)   Bersifat lugas artinya, apa yang mau diutarakan, dikatakan saja secara langsung, apa adanya.
2)    Mematuhi kaidah – kaidah gramatika artinya kalimat – kalimat dan paragraf  sesuai dengan kaidah tata bahasa.
3)   Efektivitas kalimatnya terpenuhi.
4)   Kosakata yang digunakan selain kalimat efektif juga menggunakan kaidah pemilihan kata (diksi).
5)   Kalimat – kalimatnya bebas dari ambiguitas.
6)   Bebas dari makna kias atau  figura bahasa.
7)   Mematuhi persyaratan penalaran.
8)   Mematuhi atau menerapakan kaidah – kaidah EYD.
Jika, penulisan karya ilmiah memenuhi setidaknya delapan kriteria tersebut, maka besar kemungkinan penyampaian atau tujuan akhir dari tahapan penelitian dapat tercapai, yaitu mengkomunikasikan atau menginformasikan pada pembaca.

B.       Kesimpulan
Secara keseluruhan cara penulisan karya ilmiah yang baik sudah ditentukan, yaitu sesuai dengan tata bahasa (EYD) dan tata tulis yang disepakati oleh masyarakat akademik. Adapun yang masuk kedalam penelitian meliputi masalah penelitian, tujuan, metode, kajian teori, objek data variabel dan hasil penelitian. Kemudian cara – cara penulisan karya ilmiah yang baik adalah:
-       Objektif
-       Pola berfikir deduktif – induktif
-       Sistematika
Tata cara penulisan karya ilmiah mencakup : penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
Adapun bentuk – bentuk karya ilmiah meliputi :
-       Karya tulis
-       Makalah
-       Skripsi
-       Thesis
-       Disertasi
-       Laporan hasil peneliti

C.      SARAN
                 Kami membuat makalah ini untuk  pembelajaran bersama. Kami mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi referensi secara lengkap.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul, 2011, Ragam Bahasa Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys, 2004, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Ende: Nusa Indah, Cetakan XIII.
Rumaningsih, Endang, 2011, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: Ra-SAIL (Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner), Cetakan III.
Wasito, Hermawan, 1997, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarto, Yunita T., Totok Suhardiyanto, dan Ezra M. Choesin (eds.), 2004, Karya Tulis Ilmu Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Edisi 1.

[1] Drs.Abdul Chaer,2011,Ragam Bahasa Ilmiah,Jakarta:Rineka Cipta.h.181-187
[2]Drs.Hermawan Wasito,1997,Pengantar Metodologi Penelitian,Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.103-106
[3] Drs.Hermawan Wasito,Pengantar Metodology Penelitian,(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,1997)h.99
[4] Ibid.
[5] Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah, (Jakarta: Rineka Cipta. 2011), h. 185.
[6] Ibid.h. 185-186.
[7]Ibid. h. 186.
[8] Ibid. h. 186.
[9] Ibid. h. 186-187.
[10] Ibid. h. 187.


SOURCE WEBSITE: http://czifa24.blogspot.com/2012/03/makalah-b-indonesia-tentang-penulisan.html

Jumat, 15 Mei 2015

Fenomena Penggunaan Bahasa Indonesia di Zaman sekarang

FENOMENA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Akan tetapi, yang sangat mengherankan sebagai warga Negara Indonesia yang mengenyam pendidikan dan mempelajari bahasa Indonesia masih banyak yang belum mengerti dengan baik bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pelajar yang memiliki nilai ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia yang sangat rendah. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Penamaan Bahasa Indonesia diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan imperialisme bahasa apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Tidak jarang mahasiswa diperlakukan seperti mahasiswa Jurusan bahasa Indonesia di Fakultas Sastra dan Bahasa. Setelah 12 tahun belajar bahasa Indonesia, apakah mereka sudah mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara tertulis maupun lisan? Lalu bagaimana dengan kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa S2? Seperti halnya mahasiswa D3 dan S1, ternyata sebagian mahasiswa S2 dan S3 juga masih lemah dalam berbahasa Indonesia. Paparan singkat di atas membuktikan ketidakmampuan sebagian besar mahasiswa dalam berbahasa Indonesia, dalam hal ini bahasa tulisan. Lalu apa yang mesti dikerjakan para dosen bahasa Indonesia yang ternyata tidak semua bergelar sarjana bahasa Indonesia? Dengan kata lain, setiap dosen harus mampu menjadi
dosen bahasa Indonesia. Artikel-artikel opini yang berkaitan langsung dan tak langsung dengan bahasa Indonesia yang dimuat di media massa cetak pun jangan pula dilewatkan. Dalam konteks tulisan ini, bukan dosen bahasa Indonesia mengajari mahasiswa, melainkan dosen bahasa Indonesia dan mahasiswa sama-sama belajar bahasa Indonesia. Bila beberapa upaya ini dapat dilaksakanakan sungguh-sungguh dan dengan senang hati oleh para mahasiswa dan dosen bahasa Indonesia, maka

kita yakin para lulusan perguruan tinggi kita tidak hanya mampu dan terampil berbahasa Indonesia secara lisan dan tertulis, tetapi juga sungguh-sungguh mencintai bahasa nasional mereka sendiri.

Source: dianfajriya.blogspot.com/2013/06/fenomena-penggunaan-bahasa-indonesia.html?m=1

Jumat, 17 April 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga Saya dapat menyusun penelitian ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini Saya membahas mengenai pengaruh celebrity endorser, brand association dan brand personality terhadap intensi pembelian. 

Penelitian ilmiah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan penulisan karya ilmiah ini. Dengan ini Saya menyadari bahwa Laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu Saya dalam penyusunan penulisan karya ilmiah ini. Saya juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada :
Kedua orangtua saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya baik itu berupa dukungan moril maupun dukungan materil.
Bapak Irwandaru Dananjaya, SE., MM. selaku dosen pembimbing Saya
Teman-teman seperjuangan yang juga telah memberikan motivasi baik berupa sharing pendapat, dan saling memotivasi dalam rangka pembuatan karya ilmiah ini.
Mahasiswa Universitas Gunadarma dan pihak-pihak terkait lainnya yang juga turut serta membantu saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu Saya mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat Saya harapkan untuk penyempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya. 

Akhir kata semoga penelitian ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Depok, April 2015 

Adlin Daryani


Jumat, 27 Maret 2015

JURNAL PI

JURNAL PI PENGARUH CELEBRITY ENDORSER, BRAND PERSONALITY DAN BRAND ASSOCIATION TERHADAP ITENSITAS PEMBELIAN
(Studi pada Iklan Yamaha Jupiter MX Versi Valentino Rossi)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di jaman era globalisasi seperti sekarang persaingan dalam memasarkan suatu produk semakin tinggi, para perusahaan berlomba-lomba untuk mempertahankan pangsa pasar dengan berbagai cara seperti berusaha memberikan informasi mengenai produk yang mereka produksi dengan cara advertising, personal selling, public relations, direct marketing,  menciptakan produk yang dapat menarik perhatian konsumen, dengan inovasi baru dan harga murah, atau mungkin dengan kualitas yang lebih baik namun harga lebih tinggi, dan menggunakan jasa selebriti sebagai endorser.
Agar produk yang dipasarkan melalui media iklan memiliki daya tarik bagi para calon pembeli, maka perusahaan memerlukan dukungan tokoh yang terkenal dimasyarakat untuk dijadikan bintang iklan untuk memberikan informasi dan penyampaian pesan terhadap produk perusahaan. Dengan menggunakan celebrity sebagai talent pemasaran produk diharapkan akan mempengaruhi sikap atau perilaku konsumen dan memberikan dampak yang besar bagi kenaikan penjualan produk perusahaan.
Dengan menggunakan celebrity endorser, perusahaan tersebut dapat melakukan perbandingan atau perbedaan dengan produk pesaing yang ada di pasar. Dengan melakukan perbandingan produk akan digunakan konsumen untuk memilih berbagai macam produk yang ditawarkan produsen.  Cara lain untuk menekan basis pembeda atau perbandingan adalah dengan brand association. Menurut Darmadi, dkk (2001:4) brand association adalah mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain lain. Pengertian brand association menurut Aeker (1996:160) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis tetapi memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen.
Selain itu untuk membedakan produk yang dihasilkan dari produk pesaing, perusahaan juga dapat melakukan tambahan-tambahan nilai-nilai personality atau brand dpersonality pada masing-masing merek. Pengertian brand personality menurut Kotler & Keller (2006:172) adalah sebagai berikut: brand personality as the specific mix of human traits that may be attributed to a particular brand. Menurut Kotler & Amstrong (2006:140), brand personality yaitu suatu gabungan dari sifat manusia yang dapat diterapkan pada suatu merek. Sedangkan menurut Kapoor (2005:1) brand personality means positioning your brand, its important to treat it like a human being with specific characteristics. It will come alive for the comsumer and endear it self to them. Dari berbagai asosiasi yang terbentuk tersebut akan membantu terciptanya brand image yang baik dan kuat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi konsumen dalam keputusannya untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah produk (Rangkuti, 2004).
Kini semakin banyaknya perusahaan atau produsen yang menggunakan selebriti sebagai endorser, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing yang merupakan salah satu produsen motor terbesar menggunakan pembalap dunia Valentino Rossi sebagai celebrity endorser. Yamaha dalam memilih endorser adalah berdasarkan karakter yang kuat dan tidak terkena isu-isu yang negative. Sehingga, jika Yamaha ingin memperkenalkan dan memberikan pemaparan produk, konsumen bisa yakin dan percaya.
Dengan menggunakan Valentino Rossi yang memiliki julukan “si jawara MotoGP” sebagai celebrity endorser diharapkan akan membangun brand association, dan membangun ekuitas merek Yamaha dalam jangka panjang melalui pendekatan beriklan dengan gaya lucu dan menghibur. Valentino Rossi juga telah lama resmi menggunakan tagline “Semakin di Depan” pada kostum dan pada motor Yamaha YZR-M1 yang ia kendarai. Tagline tersebut pun kini sudah melekat dan kental dimasyarakat.
Perusahaan berharap dengan memberikan informasi kepada calon konsumen tentang brand association, brand personality, dan product characteristic melalui media iklan dengan menggunakan celebrity endorser yang banyak dikenal masyarakat luas dan dipandang memiliki citra yang baik ini diharapkan dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Harapan itupun terbukti di luar sengitnya persaingan dengan competitor, sepeninggal sang legendaris market share Yamaha pelan-pelan sempat turun. Namun sekarang diakui atau tidak Valentino Rossi telah memberikan pengaruh yang luar biasa. Iconnya begitu kuat di tanah air. Valentino Rossi berhasil membuat Yamaha semakin di depan. Sebelumnya market share Yamaha sempat menurun sebesar 32% dan tahun ini Yamaha mengalami kenaikan sebesar 36%. (www.marketing.co.id/valentino-rossi-come-back-yamaha-semakin-di-depan/)
Melihat fenomena tersebut pada penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai Analisis Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Association, Brand Personality, dan Product Characteristic dalam menciptakan Intensi membeli Produk Motor Yamaha, yang merupakan studi pada iklan Yamaha versi Valentino Rossi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan empat persoalan sebagai berikut:
1.       Apakah Celebrity Endorser berpengaruh positif terhadap intense membeli masyarakat/konsumen?
2.       Apakah Brand Association berpengaruh positif terhadap intense membeli konsumen?
3.       Apakah Brand Personality berpengaruh positif terhadap intense membeli konsumen?

1.3 Batasan Masalah
            Masalah yang diangkat dalam penelitian ilmiah ini terlalu luas jika diteliti secara menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar peneliti hanya meniliti apakah ada dampak yang positif dari penggunaan Celebrity Endorser, Brand Association, dan Brand Personality terhadap intensi pembelian konsumen.

1.4 Tujuan Penelitian
1.       Untuk mengetahui apakah Celebrity Endorser berpengaruh terhadap intensi pembelian konsumen.
2.       Untuk mengetahui apakah Brand Association berpengaruh positif terhadap intensi pembelian konsumen
3.       Untuk mengetahui apakah Brand Personality berpengaruh positif terhadap intensi pembelian konsumen

BAB IITelaah Pustaka

2.1 Intensi Membeli
Mowen and Minor (2002) mendefinisikan intense membeli merupakan intense perilaku yang berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, membuang, dan menggunakan produk. Menurut Howard dan Sheth (Tiryigolu &Elbeck, 2008) mendefinisikan intense membeli sebagai kemungkinan seorang konsumen berencana membeli produk tertentu pada jangka waktu tertentu dan hal itu terjadi setelah konsumen menyimpan informasi yang relevan untuk menentukan keputusan membeli. Menurut Assael (Barata, 2007) intensi membeli merupakan tahap terakhir dari rangkaian proses keputusan pembelian konsumen. Proses ini akan dimulai dari munculnyakebutuhan akan suatu produk, dilanjutkan dengan pemrosesan informasi oleh konsumen, selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk tersebut. Hasil evaluasi inilah yang akhirnya memunculkan niat atau intensi untuk membeli.

2.2 Celebrtity Endorser
Menurut Terence A.Shimp (2002:455) endorser adalah pendukung iklan atau juga yang dikenal dengan bintang iklan yang mendukung produk yang di iklankan. Endorser dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1.       Typical Person Endorser adalah memanfaatkan beberapa orang bukan selebritis untuk menyampaikan pesan mengenai suatu produk.
2.       Celebrity Endorser adalah orang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya.
Kedua jenis endorser diatas memiliki karakteristik dan atribut yang sama hanya dibedakan dalam penggunaan orang-orangnya sebagai endorser tokoh terkenal atau tidak.
Menurut Terence A. Shimp (2002:455) definisi celebrity endorser adalah memanfaatkan seorang artis, entertainer, atlet, dan public figure yang mana banyak diketahui oleh banyak orang untuk keberhasilan dibidangnya masing-masing dari bidang yang didukung. Sekarang ini kebanyakan perusahaan menggunakan selebriti disbanding orang biasa untuk mengiklankan produknya karena selebriti memiliki atribut kesohorannya, kecantikan, ketampanan, keberanian, talenta, kekuatan, keanggunan, dan daya tarik seksualnya sehingga sering mewakili daya tarik yang diinginkan perusahaan iklan. Untuk membuat selebriti efektif sebagi pendukung produk tertentu dalam suatu iklan maka harus memiliki hubungan yang berarti atau kecocokan antara celebrity dengan produk yang diiklankan oleh selebriti tersebut.
Lebih lanjut Terence A. Shimp (2002:468) terjemahan Revyani Syahrial dan Dyah Anikasari memberikan penjelasan mengenai atribut (performance) endorser antara lain:

Attractiveness (daya tarik)
Daya tarik tidak hanya berkaitan dengan menarik secara fisik saja, tetapi termasuk karakteristik yang luhur yang dipersiapkan oleh konsumen dalam diri endorser seperti: kemampuan intelektual, kepribadaian, gaya hidup, dan keahlian dalam bidang atletik. Konsep umum kemenarikan ini terdiri dari tiga gagasan yang berhubungan dengan kesamaan, keakraban, dan perasaan suka. Jadi seorang endorser dapat dikatakan atraktif oleh konsumen apabila dapat memberikan kesamaan dan keakraban (sense of similiarity and familiarity), dengan catatan konsumen tersebut benar-benar menyukai endorser tanpa memperhatikan apakah ia dan endorser memiliki kemiripan. Daya tarik yang ditemukan oleh konsumen dalam diri endorser merupakan bagian dari proses identifikasi: ialah pada saat konsumen mempersepsikan endorser menarik, konsumen akan memihak pada endorser, tetapi daya tarik tersebut lebih efektif apabila image dari endorser cocok dengan sifat dari produk yang di iklankan.

Credibility (kredibilitas)
Pengertian yang paling mendasar, kredibilitas mengarah pada kecenderungan untuk meyakini dan untuk mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi, seperti mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi,seperti seorang endorser dipersiapkan kredibilitasnya, maka sumber tersebut mengubah sikap melalui proses psikologis yang dinamakan internalisasi, dua hal penting dari kredibilitas endorser:
1.       keahlian (expertise)
keahlian mengarah pada pengetahuan, pengalaman, atau keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan topik yang dikomunikasikan. Keahlian adalah sesuatu yang dipersiapkan bukan merupakan fenomena yang absolute, sehingga yang terpenting adalah bagaimana endorser dapat dipersiapkan oleh konsumen.
2.       layak dan dipercaya (trust worthiness)
berhubungan dengan kejujuran, integritas, dan kepercayaan atas diri endorser. Layak atau tidaknya endorser untuk dipercaya tergantung pada persepsi konsumen atas motivasi sang endorser. Konsumen meyakini jika endorser dimotivasikan oleh pemenuhan kebutuhan yang sifatnya sef-seving, maka akan menjadi kurang persuasif dari pada endorser yang dipersepsikan oleh konsumen. Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:297) credibility of source (sumber terpercaya) dapat dilihat dari dua bagian yaitu:
a.  kepercayaan sumber secara informal seperti : teman, tetangga, dan pengaruh yang kuat terhadap perilaku menerima untuk melakukan transaksi produk yang dianjurkan.
b.   Kepercayaan sumber secara formal seperti : reputasinya, keahliannya, dan pengetahuannya. Kredibilitas dan kepercayaan merupakan sifat yang harus dimiliki seorang komunikator, karena apa yang disampaikannya kepada konsumen baik secara lisan maupun tulisan dianggap benar dan memang apa adanya.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:340), dari semua karakteristik positif yang dimiliki oleh seorang selebriti yang terpenting adalah ketenaran, talenta, karisma. Kredibilitas juga merupakan hal yang sangat penting, yang dimaksudkan kedibilitas disini sejauh mana selebriti mengetahui produk atau jasa yang di iklankannya dan kelayakan untuk di percaya, seberapa jujur yang dikatakan oleh selebriti tersebut mengenai produk yang di iklankan.

2.3 Brand Association
Brand Association menurut Aaker (1996:160) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan terhadap suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang dilakukan yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image didalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepriibadian merek (brand personality).
Citra merek merupakan persepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang mercerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan bersangkutan dengan nam merek tertentu dalam memorinya. Ketiga pakar pemasaran ini mengukur fungsi dan manfaat merek asosiasi melalui enam dimensi utama dalam buku Marketing Scales, Tjiptono, dkk (2004:239-242), yaitu:
1.       Jaminan
Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberikan ganti rugi apabila ternyata produk tidak bisa berfungsi sebagaimana diharapkan.
2.       Identifikasi Pribadi
Merupakan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dalam semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaat dari produk tersebut.
3.       Identifikasi Sosial
Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi karena factor-faktor seperti keluarga, kelompok kecil, setrta peran dan status sosial konsumen.
4.       Status
Setiap produk yang membawa status yang memncerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat, maka sering kali konsumen memilih produk yang menunjukan statusnya dalam masyarakat.
5.       Kesediaan Menerima Perluasan Merek
Masyarakat menerima produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induknya.
6.       Kesediaan untuk Merekomendasikan Merek
Masyarakat bersedia menunjukan merek produk, yang dikonsumsinya ke orang lain.

2.4 Brand Personality
Seperti manusia, sebuah bisnis dengan kepribadian cenderung menjadi lebih patut dikenang dan lebih baik dibandingkan dengan bisnis lain yang lunak, bahkan lebih baik daripada keseluruhan atribut-atributnya. Seperti orang, merek dapat memiliki berbagai kepribadian, seperti menjadi professional dan konpeten (CNN dan McKinsey), kelas atas dan canggih (Jaguar dan Tiffany’s), dapat dipercaya dan murni (Hallmark dan John Deere), menarik dan berani (Porsche dan Benneton), atau aktif dan kuat (Levis’s dan Nike). David A. Aaker  (2013: 215).
Merupakan tahap perkembangan merek, yang berarti merek yang mencerminkan kepribadian (Rangkuti,2004). Fungsi merek bukan sekedar gambaran tentang produk, merek merupakan pribadi penggunanya. Sedangkan Aaker (1997) mendefinisikan brand personality sebagai “the set of human characteristics associated with a brand” yang berarti kumpulan dari karakteristik manusia yang dikaitkan terhadap sebuah merek dan menggambarkan bagaimana konsumen mengekspresikan dirinya (Belk, 1998).
Terdapat perbedaan antara pelanggan dan merek. Pelanggan merupakan subyek dan merek selalu dijadikan obyek sehingga selalu terdapat jarak antara pelanggan dan merek. Pada tahap ini perbedaan antara pelanggan dan merek semakin kecil karena di dalam merek telah ditampilkan karakteristik yang lebih personal sehingga pelanggan merasa lebih bersifat pribadi. Pada tahap ini personaliti yang dimiliki oleh pelanggan dan merek semakin didekatkan, sehingga nilai yang dimiliki oleh merek tersebut menjadi cermin diri pelanggannya.
Perusahaan harus mampu menciptakan personaliti untuk merek yang dimilikinya dan terus-menerus memperbaiki kesan personalitas merek agar tidak ketinggalan jaman. Agar tidak ketinggalan jaman, iklan yang ditampilkan harus selalu mengaitkan personality merek dengan karakteristik manusia dan nilai yang melekat pada manusia tersebut, sehingga merek ini tetap menjadi ekspresi diri, gaya hidup, status, semangat, dan keberhasilan.
Dalam penelitian yang dilakukan Aaker (1997) mengenai 5 dimensi dari personalitas merek, yaitu:
1.       Sincerity
2.       Excitement
3.       Competitor
4.       Sophistication
5.       Ruggedness.

Merek sebagai sebuah perusahaan
Iklan pada tahap ini memiliki identitas yang sangat kompleks dan lebih bersifat interaktif, sehingga pelanggan dapat dengan mudah menghubungi merek. Karena merek tersebut merupakan wakil perusahaan sehingga merek = perusahaan, semua direksi dan karyawan memiliki persepsi yang sama tentang merek yang dimilikinya.
Dalam membeli suatu produk konsumen akan mengarahkan pada fungsi dan manfaatnya (Kotler & Keller 2006). Konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan manfaat yang akan diperoleh. Karakteristik produk dari sisi inovasi merupakan factor lain dari karakteristik produk yang diperhatikan oleh konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman maka trend ikut berganti. Jika tidak mengikuti trend maka produknya akan dianggap ketinggalan jaman dan sulit untuk merebut hati konsumen. Dalam penelitian ini inovasi yang dimaksud adalah inovasi dari segi rasa, yaitu dengan menciptakan berbagai varian rasa dalam satu produk.
Jadi, dalam menciptakan suatu produk, pemasar atau perusahaan harus memperhatikan karakteristik dari produk tersebut. Dengan menciptakan karakteristik produk yang unik dan berbeda dengan pesaing lain dapat mempengaruhi persepsi positif konsumen tentang produk tersebut. Karena karakteristik produk merupakan hal yang penting yang sangat diperhatikan oleh konsumen ketika hendak membeli, mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk (McNeal, 1992). Produk yang bagus serta berorientasi pada konsumen akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian atau konsumsi (Brown, 1998).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian
            Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan dari data sekunder dengan penelitian telaah pustaka dan pengumpulan data primer dengan observasi langsung dan melakukan penyebaran kuesioner.
3.2 Populasi dan Sampel
            Metode sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik judgemental sampling dengan masyarakat Depok yang pernah melihat iklan Motor Yamaha versi Valentino Rossi. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Karena penelitian yang dilakukan dapat digolongkan sebagai TV, Radio, Print Advertising. Menurut Sugiyono (2001: 60) metode non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
3.3 Pengukuran Variabel
            Konsep yang akan diukur dalam penelitian ini adalah konsep Celebrity Endorser, Brand Association, Brand Personality, Product Characteristics dalam intense pembelian. Konsep – konsep tersebut dapat diukur pada aras pengukuran interval. Penelitian ini menggunakan aras interval karena peneliti ingin mengidentifikasi pengaruh celebrity endorser, brand association, dan brand personality terhadap intense pembelian motor Yamaha versi Valentino Rossi.
            Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Variable dalam penelitian ini terdiri atas:
Celebrity Endorser (X1)
                Seorang bintang iklan yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran sebuah produk yang dipromosikan. Untuk mengukur celebrities endorser maka digunakan indikator yang diadopsi dari Shimp (2003) yaitu:
1.       Kredibilitas
2.       Daya Tarik
3.       Kecocokan
Brand Association (X2)
            Merupakan segala hal dan kesan yang dapat diingat konsumen sebagai pencitraan akan merek lewat atribut yang ada di dalam merek itu sendiri. Atribut produk merupakan dimensi yang terlihat secara nyata pada sebuah merek produk. Untuk mengukur brand association di adopsi indikator dari Durianto (2004) yaitu:
1.       Harga
2.       Manfaat dari produk
3.       Kemampuan bersaing
Brand Personality (X3)
            Brand Personality adalah karakter psikologis unik yang di terapkan dalam merek sehingga tercipta kedekatan yang bersifat pribadi antara pelanggan dengan merek yang digunakannya. Terdapat lima indikator brand personality yang dikemukakan oleh Aaker (1997):
1.       Sincerity (ketulusan)
2.       Excitement (semangat)
3.       Competence (kemampuan)
4.       Sophistication (pengalaman dalam soal-soal duniawi)
5.       Ruggedness (ketangguhan)
Intensi Membeli
            Intensi pembelian adalah kemungkinan subyektif untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Indikator yang digunakan untuk mengukur intensi pembelian (Assael, 2002):
1.       Sikap terhadap perilaku pembeli
2.       Norma subjektif atas perilaku membeli
3.       Kontrol perilaku membeli
Teknik Analisis
            Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda, dengan penyelesaian menggunakan program SPSS versi 20. Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen (terikat) bila dua atau lebih variabel independen (bebas) sebagai faktor predictor dimanipulasi. Variabel independen dari regresi berganda harus lebih dari dua (Sugiyono, 2001).
            Dalam penelitian ini analisis regresi berganda digunakan untuk mengidentifikasikan pengaruh dari masing-masing faktor yaitu Celebrity Endorser, dan Brand Personality terhadap intense membeli. Model persamaan regresi berganda, berdasarkan pada gambar 2, yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Y = a +  +  +  + e
Keterangan :
Y         = Intensi Pembelian
X1           = Celebrity Endorser
X2                 = Brand Association
X3                 = Brand Personality
a          = Konstanta
b1         = Koefisien Regresi Variabel celebrity endorser
b2         = Koefisien Regresi Variabel brand association
b3         = Koefisien Regresi Variabel brand personality
e          = Error term
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, Jennifer L. (1997). Dimensions of Brand Personality. Journal of Marketing Research, 34(8), 347 - 356.
Anoraga, Pandji. (2000). Manajemen Bisnis . Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Assael, H. (2002). Consumers Behavior and Marketing Action. (3rd ed.). Boston Massachusset AS: Kent Publishing Company.
Bansal, H. S., Taylor S.F. & St. James, Y. (2005). Migrating to New Service Providers: Toward a Unifying Framework of Consumers’ Switching
Behaviors. Journal of the Academy of Marketing Science, 33(1), 96- 115.
Bauer, H., Mader, R., & Keller, T. (2001). An Investigation of The Brand Personality Scale. http.//marketing.byu.edu/ams/beuer-maderkeller.htm. Diunduh Februari 2010.
Belk, Russel W. (1988). Prossessions and The Extended Self. Journal of Marketing Research, 15(9), 139-168.
Brown, K. D. (1998). Design in the British Toy Industry since 1945. Journal of Design History, 11(4), 323 - 333.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, & Sitinjak, Tony. (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.