Jumat, 27 Maret 2015

JURNAL PI

JURNAL PI PENGARUH CELEBRITY ENDORSER, BRAND PERSONALITY DAN BRAND ASSOCIATION TERHADAP ITENSITAS PEMBELIAN
(Studi pada Iklan Yamaha Jupiter MX Versi Valentino Rossi)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di jaman era globalisasi seperti sekarang persaingan dalam memasarkan suatu produk semakin tinggi, para perusahaan berlomba-lomba untuk mempertahankan pangsa pasar dengan berbagai cara seperti berusaha memberikan informasi mengenai produk yang mereka produksi dengan cara advertising, personal selling, public relations, direct marketing,  menciptakan produk yang dapat menarik perhatian konsumen, dengan inovasi baru dan harga murah, atau mungkin dengan kualitas yang lebih baik namun harga lebih tinggi, dan menggunakan jasa selebriti sebagai endorser.
Agar produk yang dipasarkan melalui media iklan memiliki daya tarik bagi para calon pembeli, maka perusahaan memerlukan dukungan tokoh yang terkenal dimasyarakat untuk dijadikan bintang iklan untuk memberikan informasi dan penyampaian pesan terhadap produk perusahaan. Dengan menggunakan celebrity sebagai talent pemasaran produk diharapkan akan mempengaruhi sikap atau perilaku konsumen dan memberikan dampak yang besar bagi kenaikan penjualan produk perusahaan.
Dengan menggunakan celebrity endorser, perusahaan tersebut dapat melakukan perbandingan atau perbedaan dengan produk pesaing yang ada di pasar. Dengan melakukan perbandingan produk akan digunakan konsumen untuk memilih berbagai macam produk yang ditawarkan produsen.  Cara lain untuk menekan basis pembeda atau perbandingan adalah dengan brand association. Menurut Darmadi, dkk (2001:4) brand association adalah mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain lain. Pengertian brand association menurut Aeker (1996:160) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis tetapi memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen.
Selain itu untuk membedakan produk yang dihasilkan dari produk pesaing, perusahaan juga dapat melakukan tambahan-tambahan nilai-nilai personality atau brand dpersonality pada masing-masing merek. Pengertian brand personality menurut Kotler & Keller (2006:172) adalah sebagai berikut: brand personality as the specific mix of human traits that may be attributed to a particular brand. Menurut Kotler & Amstrong (2006:140), brand personality yaitu suatu gabungan dari sifat manusia yang dapat diterapkan pada suatu merek. Sedangkan menurut Kapoor (2005:1) brand personality means positioning your brand, its important to treat it like a human being with specific characteristics. It will come alive for the comsumer and endear it self to them. Dari berbagai asosiasi yang terbentuk tersebut akan membantu terciptanya brand image yang baik dan kuat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi konsumen dalam keputusannya untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah produk (Rangkuti, 2004).
Kini semakin banyaknya perusahaan atau produsen yang menggunakan selebriti sebagai endorser, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing yang merupakan salah satu produsen motor terbesar menggunakan pembalap dunia Valentino Rossi sebagai celebrity endorser. Yamaha dalam memilih endorser adalah berdasarkan karakter yang kuat dan tidak terkena isu-isu yang negative. Sehingga, jika Yamaha ingin memperkenalkan dan memberikan pemaparan produk, konsumen bisa yakin dan percaya.
Dengan menggunakan Valentino Rossi yang memiliki julukan “si jawara MotoGP” sebagai celebrity endorser diharapkan akan membangun brand association, dan membangun ekuitas merek Yamaha dalam jangka panjang melalui pendekatan beriklan dengan gaya lucu dan menghibur. Valentino Rossi juga telah lama resmi menggunakan tagline “Semakin di Depan” pada kostum dan pada motor Yamaha YZR-M1 yang ia kendarai. Tagline tersebut pun kini sudah melekat dan kental dimasyarakat.
Perusahaan berharap dengan memberikan informasi kepada calon konsumen tentang brand association, brand personality, dan product characteristic melalui media iklan dengan menggunakan celebrity endorser yang banyak dikenal masyarakat luas dan dipandang memiliki citra yang baik ini diharapkan dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Harapan itupun terbukti di luar sengitnya persaingan dengan competitor, sepeninggal sang legendaris market share Yamaha pelan-pelan sempat turun. Namun sekarang diakui atau tidak Valentino Rossi telah memberikan pengaruh yang luar biasa. Iconnya begitu kuat di tanah air. Valentino Rossi berhasil membuat Yamaha semakin di depan. Sebelumnya market share Yamaha sempat menurun sebesar 32% dan tahun ini Yamaha mengalami kenaikan sebesar 36%. (www.marketing.co.id/valentino-rossi-come-back-yamaha-semakin-di-depan/)
Melihat fenomena tersebut pada penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai Analisis Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Association, Brand Personality, dan Product Characteristic dalam menciptakan Intensi membeli Produk Motor Yamaha, yang merupakan studi pada iklan Yamaha versi Valentino Rossi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan empat persoalan sebagai berikut:
1.       Apakah Celebrity Endorser berpengaruh positif terhadap intense membeli masyarakat/konsumen?
2.       Apakah Brand Association berpengaruh positif terhadap intense membeli konsumen?
3.       Apakah Brand Personality berpengaruh positif terhadap intense membeli konsumen?

1.3 Batasan Masalah
            Masalah yang diangkat dalam penelitian ilmiah ini terlalu luas jika diteliti secara menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar peneliti hanya meniliti apakah ada dampak yang positif dari penggunaan Celebrity Endorser, Brand Association, dan Brand Personality terhadap intensi pembelian konsumen.

1.4 Tujuan Penelitian
1.       Untuk mengetahui apakah Celebrity Endorser berpengaruh terhadap intensi pembelian konsumen.
2.       Untuk mengetahui apakah Brand Association berpengaruh positif terhadap intensi pembelian konsumen
3.       Untuk mengetahui apakah Brand Personality berpengaruh positif terhadap intensi pembelian konsumen

BAB IITelaah Pustaka

2.1 Intensi Membeli
Mowen and Minor (2002) mendefinisikan intense membeli merupakan intense perilaku yang berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, membuang, dan menggunakan produk. Menurut Howard dan Sheth (Tiryigolu &Elbeck, 2008) mendefinisikan intense membeli sebagai kemungkinan seorang konsumen berencana membeli produk tertentu pada jangka waktu tertentu dan hal itu terjadi setelah konsumen menyimpan informasi yang relevan untuk menentukan keputusan membeli. Menurut Assael (Barata, 2007) intensi membeli merupakan tahap terakhir dari rangkaian proses keputusan pembelian konsumen. Proses ini akan dimulai dari munculnyakebutuhan akan suatu produk, dilanjutkan dengan pemrosesan informasi oleh konsumen, selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk tersebut. Hasil evaluasi inilah yang akhirnya memunculkan niat atau intensi untuk membeli.

2.2 Celebrtity Endorser
Menurut Terence A.Shimp (2002:455) endorser adalah pendukung iklan atau juga yang dikenal dengan bintang iklan yang mendukung produk yang di iklankan. Endorser dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1.       Typical Person Endorser adalah memanfaatkan beberapa orang bukan selebritis untuk menyampaikan pesan mengenai suatu produk.
2.       Celebrity Endorser adalah orang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya.
Kedua jenis endorser diatas memiliki karakteristik dan atribut yang sama hanya dibedakan dalam penggunaan orang-orangnya sebagai endorser tokoh terkenal atau tidak.
Menurut Terence A. Shimp (2002:455) definisi celebrity endorser adalah memanfaatkan seorang artis, entertainer, atlet, dan public figure yang mana banyak diketahui oleh banyak orang untuk keberhasilan dibidangnya masing-masing dari bidang yang didukung. Sekarang ini kebanyakan perusahaan menggunakan selebriti disbanding orang biasa untuk mengiklankan produknya karena selebriti memiliki atribut kesohorannya, kecantikan, ketampanan, keberanian, talenta, kekuatan, keanggunan, dan daya tarik seksualnya sehingga sering mewakili daya tarik yang diinginkan perusahaan iklan. Untuk membuat selebriti efektif sebagi pendukung produk tertentu dalam suatu iklan maka harus memiliki hubungan yang berarti atau kecocokan antara celebrity dengan produk yang diiklankan oleh selebriti tersebut.
Lebih lanjut Terence A. Shimp (2002:468) terjemahan Revyani Syahrial dan Dyah Anikasari memberikan penjelasan mengenai atribut (performance) endorser antara lain:

Attractiveness (daya tarik)
Daya tarik tidak hanya berkaitan dengan menarik secara fisik saja, tetapi termasuk karakteristik yang luhur yang dipersiapkan oleh konsumen dalam diri endorser seperti: kemampuan intelektual, kepribadaian, gaya hidup, dan keahlian dalam bidang atletik. Konsep umum kemenarikan ini terdiri dari tiga gagasan yang berhubungan dengan kesamaan, keakraban, dan perasaan suka. Jadi seorang endorser dapat dikatakan atraktif oleh konsumen apabila dapat memberikan kesamaan dan keakraban (sense of similiarity and familiarity), dengan catatan konsumen tersebut benar-benar menyukai endorser tanpa memperhatikan apakah ia dan endorser memiliki kemiripan. Daya tarik yang ditemukan oleh konsumen dalam diri endorser merupakan bagian dari proses identifikasi: ialah pada saat konsumen mempersepsikan endorser menarik, konsumen akan memihak pada endorser, tetapi daya tarik tersebut lebih efektif apabila image dari endorser cocok dengan sifat dari produk yang di iklankan.

Credibility (kredibilitas)
Pengertian yang paling mendasar, kredibilitas mengarah pada kecenderungan untuk meyakini dan untuk mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi, seperti mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi,seperti seorang endorser dipersiapkan kredibilitasnya, maka sumber tersebut mengubah sikap melalui proses psikologis yang dinamakan internalisasi, dua hal penting dari kredibilitas endorser:
1.       keahlian (expertise)
keahlian mengarah pada pengetahuan, pengalaman, atau keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan topik yang dikomunikasikan. Keahlian adalah sesuatu yang dipersiapkan bukan merupakan fenomena yang absolute, sehingga yang terpenting adalah bagaimana endorser dapat dipersiapkan oleh konsumen.
2.       layak dan dipercaya (trust worthiness)
berhubungan dengan kejujuran, integritas, dan kepercayaan atas diri endorser. Layak atau tidaknya endorser untuk dipercaya tergantung pada persepsi konsumen atas motivasi sang endorser. Konsumen meyakini jika endorser dimotivasikan oleh pemenuhan kebutuhan yang sifatnya sef-seving, maka akan menjadi kurang persuasif dari pada endorser yang dipersepsikan oleh konsumen. Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:297) credibility of source (sumber terpercaya) dapat dilihat dari dua bagian yaitu:
a.  kepercayaan sumber secara informal seperti : teman, tetangga, dan pengaruh yang kuat terhadap perilaku menerima untuk melakukan transaksi produk yang dianjurkan.
b.   Kepercayaan sumber secara formal seperti : reputasinya, keahliannya, dan pengetahuannya. Kredibilitas dan kepercayaan merupakan sifat yang harus dimiliki seorang komunikator, karena apa yang disampaikannya kepada konsumen baik secara lisan maupun tulisan dianggap benar dan memang apa adanya.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:340), dari semua karakteristik positif yang dimiliki oleh seorang selebriti yang terpenting adalah ketenaran, talenta, karisma. Kredibilitas juga merupakan hal yang sangat penting, yang dimaksudkan kedibilitas disini sejauh mana selebriti mengetahui produk atau jasa yang di iklankannya dan kelayakan untuk di percaya, seberapa jujur yang dikatakan oleh selebriti tersebut mengenai produk yang di iklankan.

2.3 Brand Association
Brand Association menurut Aaker (1996:160) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan terhadap suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang dilakukan yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image didalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepriibadian merek (brand personality).
Citra merek merupakan persepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang mercerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan bersangkutan dengan nam merek tertentu dalam memorinya. Ketiga pakar pemasaran ini mengukur fungsi dan manfaat merek asosiasi melalui enam dimensi utama dalam buku Marketing Scales, Tjiptono, dkk (2004:239-242), yaitu:
1.       Jaminan
Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberikan ganti rugi apabila ternyata produk tidak bisa berfungsi sebagaimana diharapkan.
2.       Identifikasi Pribadi
Merupakan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dalam semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaat dari produk tersebut.
3.       Identifikasi Sosial
Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi karena factor-faktor seperti keluarga, kelompok kecil, setrta peran dan status sosial konsumen.
4.       Status
Setiap produk yang membawa status yang memncerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat, maka sering kali konsumen memilih produk yang menunjukan statusnya dalam masyarakat.
5.       Kesediaan Menerima Perluasan Merek
Masyarakat menerima produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induknya.
6.       Kesediaan untuk Merekomendasikan Merek
Masyarakat bersedia menunjukan merek produk, yang dikonsumsinya ke orang lain.

2.4 Brand Personality
Seperti manusia, sebuah bisnis dengan kepribadian cenderung menjadi lebih patut dikenang dan lebih baik dibandingkan dengan bisnis lain yang lunak, bahkan lebih baik daripada keseluruhan atribut-atributnya. Seperti orang, merek dapat memiliki berbagai kepribadian, seperti menjadi professional dan konpeten (CNN dan McKinsey), kelas atas dan canggih (Jaguar dan Tiffany’s), dapat dipercaya dan murni (Hallmark dan John Deere), menarik dan berani (Porsche dan Benneton), atau aktif dan kuat (Levis’s dan Nike). David A. Aaker  (2013: 215).
Merupakan tahap perkembangan merek, yang berarti merek yang mencerminkan kepribadian (Rangkuti,2004). Fungsi merek bukan sekedar gambaran tentang produk, merek merupakan pribadi penggunanya. Sedangkan Aaker (1997) mendefinisikan brand personality sebagai “the set of human characteristics associated with a brand” yang berarti kumpulan dari karakteristik manusia yang dikaitkan terhadap sebuah merek dan menggambarkan bagaimana konsumen mengekspresikan dirinya (Belk, 1998).
Terdapat perbedaan antara pelanggan dan merek. Pelanggan merupakan subyek dan merek selalu dijadikan obyek sehingga selalu terdapat jarak antara pelanggan dan merek. Pada tahap ini perbedaan antara pelanggan dan merek semakin kecil karena di dalam merek telah ditampilkan karakteristik yang lebih personal sehingga pelanggan merasa lebih bersifat pribadi. Pada tahap ini personaliti yang dimiliki oleh pelanggan dan merek semakin didekatkan, sehingga nilai yang dimiliki oleh merek tersebut menjadi cermin diri pelanggannya.
Perusahaan harus mampu menciptakan personaliti untuk merek yang dimilikinya dan terus-menerus memperbaiki kesan personalitas merek agar tidak ketinggalan jaman. Agar tidak ketinggalan jaman, iklan yang ditampilkan harus selalu mengaitkan personality merek dengan karakteristik manusia dan nilai yang melekat pada manusia tersebut, sehingga merek ini tetap menjadi ekspresi diri, gaya hidup, status, semangat, dan keberhasilan.
Dalam penelitian yang dilakukan Aaker (1997) mengenai 5 dimensi dari personalitas merek, yaitu:
1.       Sincerity
2.       Excitement
3.       Competitor
4.       Sophistication
5.       Ruggedness.

Merek sebagai sebuah perusahaan
Iklan pada tahap ini memiliki identitas yang sangat kompleks dan lebih bersifat interaktif, sehingga pelanggan dapat dengan mudah menghubungi merek. Karena merek tersebut merupakan wakil perusahaan sehingga merek = perusahaan, semua direksi dan karyawan memiliki persepsi yang sama tentang merek yang dimilikinya.
Dalam membeli suatu produk konsumen akan mengarahkan pada fungsi dan manfaatnya (Kotler & Keller 2006). Konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan manfaat yang akan diperoleh. Karakteristik produk dari sisi inovasi merupakan factor lain dari karakteristik produk yang diperhatikan oleh konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman maka trend ikut berganti. Jika tidak mengikuti trend maka produknya akan dianggap ketinggalan jaman dan sulit untuk merebut hati konsumen. Dalam penelitian ini inovasi yang dimaksud adalah inovasi dari segi rasa, yaitu dengan menciptakan berbagai varian rasa dalam satu produk.
Jadi, dalam menciptakan suatu produk, pemasar atau perusahaan harus memperhatikan karakteristik dari produk tersebut. Dengan menciptakan karakteristik produk yang unik dan berbeda dengan pesaing lain dapat mempengaruhi persepsi positif konsumen tentang produk tersebut. Karena karakteristik produk merupakan hal yang penting yang sangat diperhatikan oleh konsumen ketika hendak membeli, mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk (McNeal, 1992). Produk yang bagus serta berorientasi pada konsumen akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian atau konsumsi (Brown, 1998).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian
            Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan dari data sekunder dengan penelitian telaah pustaka dan pengumpulan data primer dengan observasi langsung dan melakukan penyebaran kuesioner.
3.2 Populasi dan Sampel
            Metode sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik judgemental sampling dengan masyarakat Depok yang pernah melihat iklan Motor Yamaha versi Valentino Rossi. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Karena penelitian yang dilakukan dapat digolongkan sebagai TV, Radio, Print Advertising. Menurut Sugiyono (2001: 60) metode non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
3.3 Pengukuran Variabel
            Konsep yang akan diukur dalam penelitian ini adalah konsep Celebrity Endorser, Brand Association, Brand Personality, Product Characteristics dalam intense pembelian. Konsep – konsep tersebut dapat diukur pada aras pengukuran interval. Penelitian ini menggunakan aras interval karena peneliti ingin mengidentifikasi pengaruh celebrity endorser, brand association, dan brand personality terhadap intense pembelian motor Yamaha versi Valentino Rossi.
            Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Variable dalam penelitian ini terdiri atas:
Celebrity Endorser (X1)
                Seorang bintang iklan yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran sebuah produk yang dipromosikan. Untuk mengukur celebrities endorser maka digunakan indikator yang diadopsi dari Shimp (2003) yaitu:
1.       Kredibilitas
2.       Daya Tarik
3.       Kecocokan
Brand Association (X2)
            Merupakan segala hal dan kesan yang dapat diingat konsumen sebagai pencitraan akan merek lewat atribut yang ada di dalam merek itu sendiri. Atribut produk merupakan dimensi yang terlihat secara nyata pada sebuah merek produk. Untuk mengukur brand association di adopsi indikator dari Durianto (2004) yaitu:
1.       Harga
2.       Manfaat dari produk
3.       Kemampuan bersaing
Brand Personality (X3)
            Brand Personality adalah karakter psikologis unik yang di terapkan dalam merek sehingga tercipta kedekatan yang bersifat pribadi antara pelanggan dengan merek yang digunakannya. Terdapat lima indikator brand personality yang dikemukakan oleh Aaker (1997):
1.       Sincerity (ketulusan)
2.       Excitement (semangat)
3.       Competence (kemampuan)
4.       Sophistication (pengalaman dalam soal-soal duniawi)
5.       Ruggedness (ketangguhan)
Intensi Membeli
            Intensi pembelian adalah kemungkinan subyektif untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Indikator yang digunakan untuk mengukur intensi pembelian (Assael, 2002):
1.       Sikap terhadap perilaku pembeli
2.       Norma subjektif atas perilaku membeli
3.       Kontrol perilaku membeli
Teknik Analisis
            Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda, dengan penyelesaian menggunakan program SPSS versi 20. Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen (terikat) bila dua atau lebih variabel independen (bebas) sebagai faktor predictor dimanipulasi. Variabel independen dari regresi berganda harus lebih dari dua (Sugiyono, 2001).
            Dalam penelitian ini analisis regresi berganda digunakan untuk mengidentifikasikan pengaruh dari masing-masing faktor yaitu Celebrity Endorser, dan Brand Personality terhadap intense membeli. Model persamaan regresi berganda, berdasarkan pada gambar 2, yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Y = a +  +  +  + e
Keterangan :
Y         = Intensi Pembelian
X1           = Celebrity Endorser
X2                 = Brand Association
X3                 = Brand Personality
a          = Konstanta
b1         = Koefisien Regresi Variabel celebrity endorser
b2         = Koefisien Regresi Variabel brand association
b3         = Koefisien Regresi Variabel brand personality
e          = Error term
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, Jennifer L. (1997). Dimensions of Brand Personality. Journal of Marketing Research, 34(8), 347 - 356.
Anoraga, Pandji. (2000). Manajemen Bisnis . Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Assael, H. (2002). Consumers Behavior and Marketing Action. (3rd ed.). Boston Massachusset AS: Kent Publishing Company.
Bansal, H. S., Taylor S.F. & St. James, Y. (2005). Migrating to New Service Providers: Toward a Unifying Framework of Consumers’ Switching
Behaviors. Journal of the Academy of Marketing Science, 33(1), 96- 115.
Bauer, H., Mader, R., & Keller, T. (2001). An Investigation of The Brand Personality Scale. http.//marketing.byu.edu/ams/beuer-maderkeller.htm. Diunduh Februari 2010.
Belk, Russel W. (1988). Prossessions and The Extended Self. Journal of Marketing Research, 15(9), 139-168.
Brown, K. D. (1998). Design in the British Toy Industry since 1945. Journal of Design History, 11(4), 323 - 333.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, & Sitinjak, Tony. (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rabu, 18 Maret 2015

Contoh Review Jurnal

Review Jurnal Psikologi



I.A. Judul Penelitian
Jurnal Penelitian Kualitatif
  B. Nama Penulis
Fitria Ismali (Universitas Negeri Gorontalo)
  C. Nama Jurnal
Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango

II.Latar Belakang masalah
Pendidikan  menjadi kebutuhan  yang  primer,  karena  dengan  arus  globalisasi  yang  semakin  pesat, manusia  harus dapat  mengikuti  perkembangan  zaman.  Salah  satu  cara  yang ditempuh  adalah  dengan  belajar.  Dengan  belajar, manusia  diharapkan  dapat menyerap  informasi  sebanyak-banyaknya  melalui  pembelajaran  dan  dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di  samping  itu,  siswa atau pembelajar harus bisa ikut  berpartisipasi,  ikut  mencoba  dan melakukan sendiri  yang  sedang  dipelajari.  Pembelajaran  yang  mengacu  pada  pembelajaran aktif  adalah  jika  guru mampu  menciptakan  suatu  kondisi  belajar  yang memungkinkan  siswa  berkembang  secara  optimal.  Salah  satu metode pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam kelas di SDN 6 Bulango Selatan adalah  metode  ceramah. Pembelajaran  matematika  dengan  metode  ceramah cenderung  meminimalkan  keterlibatan  siswa  dalam  belajar  dan siswa  menjadi kurang aktif. Kenyataan  ini  nampak  pada  siswa  kelas  V  di  SDN  6  Bulango  Selatan, sebagian  siswa mengalami  kesulitan  belajar  mata  pelajaran matematika. Agar  ketuntasan belajar  siswa  dapat  tercapai  salah  satu upaya  yang  dilakukan  adalah  dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran  kooperatif  yang  di maksud  adalah  model  pembelajaran kooperatif  tipe  STAD (Student Team Achievement Divisions).  Pembelajaran kooperatif  tipe  STAD  adalah  salah  satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,dan merupakan model yang paling  baik  untuk  permulaan  bagi  guru  yang  baru  menggunakan  pendekatan kooperatif (Slavin, 2010:143). Slavin (dalam  Asma,  2006:51)  menjelaskan  bahwa  model  pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions), siswa ditempatkan dalam  kelompok  belajar  beranggotakan  empat  atau  lima  orang  siswa  yang merupakan campuran  dari  kemampuan  akademik  yang  berbeda,  sehingga  dalam setiap  kelompok  terdapat  siswa  yang berprestasi  tinggi,  sedang  dan  rendah  atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.

III. Masalah/ Pertanyaan Penelitian
-

IV. Hipotesis
-

V. Metode
- Jenis/ Metode Penelitian
Metode pendekatan fenomenologis dengan jenis  penelitian  kualitatif,  maksudnya  bahwa  dalam  penelitian  ini  peneliti berusaha  memahami  arti  sebuah  peristiwa  dan  kaitannya  terhadap  objek penelitian.
- Metode Pengambilan Data
Sebelum dilakukan pengambilan dan pengumpulan data. Data keseluruhan dikelompokkan terlebih dahulu menjadi 2 jenis data, yaitu :
1. Data  primer,  merupakan  informasi  utama  dalam  penelitian,  meliputi  seluruh data  kualitatif  yang  diperoleh melalui  kegiatan  observasi,  wawancara  dan dokumentasi.  Dalam  hal  ini,  yang  menjadi  data  penelitian  adalah deskripsi penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  dalam  pembelajaran matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
2. Data  sekunder,  merupakan  data  yang  diperoleh  melalui  buku–buku  referensi berupa  pengertian–pengertian  dan teori–teori  yang  ada  hubungannya  dengan permasalahan yang sedang diteliti. Yang menjadi sumber data adalah guru dan siswa.
Adapun  prosedur  pengumpulan  data  dalam  penelitian  ini  antara  lain observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian, observasi dilakukan untuk mengetahui secara detail tentang lokasi maupun kondisi tempat (sekolah) yang akan di teliti baik dari segi siswa, guru bahan ajar, sumber belajar, lingkungan belajar dan sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara  sebagai  alat  penilaian  digunakan  untuk  mengetahui  pendapat, aspirasi,  harapan,  prestasi,  keinginan, keyakinan  dan  proses  belajar  siswa.Kegiatan  wawancara  dilakukan  secara  langsung  yaitu  mengadakan  tanya  jawab dengan  responden  seperti  guru,  siswa  dan  ditunjang  dari  berbagai  data  lainnya. Instrumen  pedoman  wawancara dilakukan  secara  terstruktur  untuk  mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Dokumen  diartikan  sebagai  suatu  catatan  tertulis/gambar  yang  tersimpan tentang  sesuatu  yang  sudah  terjadi. Dokumentasi  merupakan  bukti  fisik  berupafoto  yang  diambil  pada  saat  mengadakan  penelitian,  dalam  kegiatan observasi, wawancara, dan pengamatan proses pembelajaran.
- Metode Analisis Data
Sedangkan analisis data dalam penelitian ini, Milles dan Hubberman (dalam Tohirin, 2012 : 141) menjelaskan bahwa analisis data merupakan langkah-langkah untuk  memproses  temuan  penelitian  yang  telah  ditranskripkan  melalui  proses reduksi data,  yaitu  data  disaring  dan  disusun  lagi,  dipaparkan,  diverifikasi  atau dibuat kesimpulan.

VI. Hasil Penelitian
Peneliti  mengamati  bahwa  guru  sudah  baik  dalam  menggunakan  model pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD,  mulai dari  menyampaikan  tujuan  dan memotivasi  siswa  terlihat  sangat  baik,  menyajikan  materi,  mengorganisasikan siswa ke  dalam  kelompok  kooperatif,  evaluasi,  dan  sampai  pada  penghargaan kelompok terlihat baik. Meskipun dalam kegiatan membimbing kelompok bekerja dan  belajar  masih  cukup,  namun  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif ini dapat terlaksana dengan baik, karena sebagian besar langkah-langkah dari model kooperatif tipe STAD, dilaksanakan dengan baik. Namun dalam proses pembelajaran guru sering mendapati siswa yang sulit untuk diatur, terlihat hanya bermain dan tidak aktif dalam mengerjakan tugas kelompok,  sehingga  seringkali  teman-teman  kelompoknya,  ataupun  kelompok yang  lain  merasa  terganggu.  Sedangkan  untuk  siswa,  dalam  mengerjakan  tugas kelompok  terkadang  siswa  merasa sulit  atau  kurang  paham  dalam  mengerjakan tugas  yang  diberikan  oleh  guru,  hal  ini  karena  guru  belum  maksimal dalam membimbing  kelompok  untuk  bekerja  dan  belajar.  Karena  guru  hanya  sesekali membimbing  siswa  dalam kelompok,  guru  kebanyakan  hanya  duduk  di  depan kelas dan menyuruh siswa bertanya apabila ada yang belum dipahami. peneliti mengamati  bahwa  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  dalam pembelajaran  matematika, pada  materi  pecahan  telah  dilaksanakan  dengan  baik, terdiri dari 6 (enam) langkah utama yaitu: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,  menyajikan/menyampaikan  materi,  mengorganisasikan  siswa  dalam kelompok  belajar, membimbing  kelompok  bekerja  dan  belajar,  evaluasi,  dan memberikan penghargaan. Dampak dari pembelajaran tersebut dapat dilihat atau diamati dengan jelas ketika proses pembelajaran berlangsung, yaitu guru ataupun siswa  sudah  menerapkan  langkah-langkah  model  pembelajaran  kooperatif  tipe STAD  dengan   benar,  sehingga  proses pembelajaran  berjalan  dengan  baik, interaksi  guru  dengan  siswa,  siswa  dengan  siswa  terlihat  baik,  selain  itu  siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok.

VII.Review/ Komentar
Secara konten keseluruhan jurnal ini sudah terlihat sangat baik dalam hal mendeskripsikan apa yang ingin disampaikan oleh peneliti. Karena penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metode secara kualitatif yakni dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Deskripsi yang detail dan mendalam tentang kasus merupakan sebuah keharusan bagi peneliti kualitatif. Kemudian dari segi struktural, meskipun dalam penelitian kualitatif narasi yang disampaikan berdasarkan dengan kebutuhan penelitian, namun akan lebih baik lagi jika ditambahkan poin masalah atau pertanyaan penelitian. Hal ini tentunya akan membantu peneliti untuk mempermudah dalam hal mengkategorikan atau mengklasifikasikan tujuan penelitiannya. Seperti pertanyaan “bagaimana cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Stad dalam pembelajaran Matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango?” dan “mengapa siswa Matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango memerlukan model pembelajarn kooperatif tipe Stad?” .

VIII. Abstrak Jurnal
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  dalam  pembelajaran matematika,  telah  dilaksanakan  dengan  baik, terdiri  dari  6  (enam)  langkah  utama  yaitu:  Menyampaikan  tujuan pembelajaran dan  memberi  motivasi,   menyajikan  materi,  mengorganisasikan  siswa  dalam kelompok  belajar, membimbing  kelompok  bekerja  dan  belajar,  memberikan evaluasi, dan memberikan penghargaan. Dampak dari pembelajaran tersebut dapat dilihat  atau  diamati  dengan  jelas  ketika  proses  pembelajaran  berlangsung,  yaitu guru ataupun  siswa  sudah   menerapkan  langkah-langkah  model  pembelajaran kooperatif  tipe  STAD  dengan   benar, sehingga  proses  pembelajaran  berjalan dengan baik, interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa terlihat baik, selain itu siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok.
Kata  kunci  :  Penerapan,  Model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD, pembelajaran matematika.

IX. Referensi
Asma,  Nur.  2006.  Model  pembelajaran  kooperatif.  Jakarta:  Depertemen Pendidikan Nasional
http://nopiwanabadi.blogspot.com/2011/5/hakikat-pembelajaranmatematika.html
Jonson,  D.  W.,  &  Johnson,  R.1991,  Learning  Together  and  Alone,  Cooperative and individualisti learning. Boston: Allyn and Bacon.
Sagala,  Syaiful,  2009,  Konsep  dan  Makna  Pembelajaran  Untuk  Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung
Tohirin.  2012.  Metode  Penelitian  Kualitatif  Dalam  Pendidikan  dan  Bimbingan Konseling  –  Pendekatan  Praktid  untuk Peneliti  Pemula  dan  Dilengkapi dengan  Contoh  Transkip  Hasil Wawancara  Serta  Model  Penyajian  Data.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Trianto.  2009.  Mendesain  Model  Pembelajaran  Inovatif  Progresif: Konsep,Landasan,  dan  Implementasinya  Pada  Kurikulum  Tingkat  Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Madia Group
Wardhani,  Sri.  2008.  Paket  fasilitasi  pemberdayaan  kkg/mgmp  matematika Analisis si dan skl mata pelajaran matematika smp/mts untuk optimalisasi tujuan mata pelajaran matematika.  Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Sumber: http://jaymi-psikologi.blogspot.com/2014/10/contoh-review-jurnal-psikologi.html




REVIEW JURNAL : SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Sistem Informasi Sumber daya manusia terhadap Perencanaan Sumber Daya Manusia dalam konteks ke-Indonesiaan. Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Shikha N. Khera dan Ms. Karishma Gulati [2012], menyatakan bahwa HRIS memberikan pengaruh positf pada perencanaan sumber daya manusia di perusahaan. Dalam konteks ke-Indonesiaan, penelitian yang dilakukan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Dr. Shikha N. Khera dan Ms. Karishma Gulati [2012], HRIS memberikan pengaruh positif pada perencanaan karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia dan Sekretariat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Namun penerapan HRIS di Indonesia masih terbatas pada karyawan di dalam perusahaan blm sampai pada tahap rekrutmen dan seleksi.
PENDAHULUAN
Pengertian paling mendasar tentang HRIS (Human Resources Managemen System) adalah sistem yang digunakan untuk memperoleh, menyimpan, memanipulasi, menganalisis, mengambil dan mendistribusikan informasi yang bersangkutan dengan organisasi sumber daya manusia. Hal ini sering dianggap sebagai layanan yang diberikan kepada organisasi dalam bentuk informasi (Tannenbaum, 1990).
Penggunaan HRIS tergantung pada beberapa faktor seperti yang digambarkan oleh Broderick dan Boudreau (1992) bahwa penggunaan sistem HRIS ditentukan oleh strategi sumber daya manusia, membacanya sebagai sebuah proses yang sesuai antara strategi yang berbeda dan praktek sistem yang berbeda.
Perencanaan sumber daya manusia atau Human Resource Planning (HRP) umumnya diabaikan dalam sebagian besar organisasi bahkan HRP tidak diakui (Vareta, 2010). Cherian (2011) mendefinisikan HRP sebagai proses peramalan permintaan dan penawaran sumber daya manusia dengan merekrut karyawan yang benar, dan memiliki keterampilan yang tepat (sesuai job) sesuai kebutuhan organisasi.
Perencanaan sumber daya manusia merupakan suatu proses menterjemahkan strategi bisnis menjadi kebutuhan sumber daya manusia baik kualitatif maupun kuantitatif melalui tahapan tertentu. Pengertian dan Strategi Perencanaan SDM Mondy & Noe (1995) mendefinisikan Perencanan SDM sebagai proses yang secara sistematis mengkaji keadaan sumberdaya manusia untuk memastikan bahwa jumlah dan kualitas dengan ketrampilan yang tepat, akan tersedia pada saat mereka dibutuhkan”. Kemudian Eric Vetter dalam Jackson & Schuler (1990) dan Schuler & Walker (1990) mendefinisikan Perencanaan sumber daya manusia (HR Planning) sebagai; proses manajemen dalam menentukan pergerakan sumber daya manusia organisasi dari posisinya saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa depan. Dari konsep tersebut, perencanaan sumber daya manusia dipandang sebagai proses linear, dengan menggunakan data dan proses masa lalu (short-term) sebagai pedoman perencanaan di masa depan (long-term).
Tulisan ini, lebih lanjut akan menguraikan tentang analisis kegiatan HRIS yang membantu dalam perencanaan sumber daya manusia dan kegiatan strategis manajer SDM, pelatihan dan pengembangan karyawan perencanaan suksesi, pelacakan pemohon dalam rekrutmen dan seleksi, dan perencanaan tenaga kerja. Kemudian di bagian akhir tulisan, akan diungkapkan pengaruh HRIS terhadap HRP yang diterapkan dalam konteks ke-Indonesiaan.

RINGKASAN JURNAL
Di awal jurnal, Dr. Shikha N. Khera dan Ms. Karishma Gulati mengungkapkan fakta dalam pendahuluan jurnal tentang perkembangan HRIS dengan mengutip hasil penelitian Siriwal Tevavichulada (1997) bahwa awalnya HRIS diperuntukkan untuk mengatur karyawan karena fungsinya untuk menyimpan dan mengelola departemen sumber daya manusia tapi sekarang HRIS tidak terbatas pada penyimpanan saja, tetapi mencakup berbagai bidang yang terkait dengan karyawan seperti perencanaan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja dan pasokan peramalan, deskripsi pekerjaan untuk pekerjaan dan pelamar, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, negosiasi, manajemen keluhan dll (Kenneth A. Kovach dan Charles E. Cathcart (1999).
Dr. Shikha N. Khera dan Ms. Karishma Gulati mengatakan sumber daya manusia adalah aset untuk setiap organisasi dan khususnya organisasi TI di mana karyawan bertindak sebagai gudang bakat. Karena pentingnya sumber daya manusia, perencanaan sumber daya manusia (HRP) juga harus menjadi pusat perhatian. Untuk memanfaatkan karyawan se efisiensi mungkin. Sehingga sangat penting untuk memiliki gambaran lengkap tentang karyawan serta pekerjaan yang tersedia. Kadang-kadang karyawan bisa menjadi warisan bagi organisasi tetapi tidak dapat melakukan hal yang terbaik untuk perusahaan dengan posisi pekerjaan saat ini. Kedua, peningkatan dan kekurangan karyawan juga mempengaruhi keadaan perusahaan. HRP dapat membantu perusahaan untuk mengatasi tantangan tersebut. Tidak hanya itu, penilaian kinerja perlu dikelola dengan baik agar dapat menjadi faktor puncak untuk memotivasi karyawan dalam organisasi dan HRP membantu dalam hal ini juga dengan menganalisis karyawan. Melakukan hal ini secara manual sangatlah kompleks dan HRIS dapat menyelesaikan masalah ini.
Penelitian ini bekerja berfokus pada kontribusi HRIS di HRP. Tinjauan literatur pentingnya HRIS dengan berbagai subsistem, tetapi sangat langka menemukan jurnal yang membahas peran HRIS untuk HRP. Aspek yang paling menantang dalam pembahasan makalah penelitian ini adalah isu menyeluruh tentang peran HRIS di HRP di tengah kelebihan dan aplikasi strategis.
PERAN PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PERUSAHAAN
Handoko (1992) menyatakan perencanaan sumberdaya manusia meliputi penentuan jabatan-jabatan yang harus diisi, kemampuan yang dibutuhkan karyawan untuk melaksanakan tugas tersebut, jumlah karyawan yang dibutuhkan, pemahaman pasar tenaga kerja, dan pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran sumberdaya manusia. Werther dan Davis (1993) menyatakan perencanaan sumber daya manusia adalah prakiraan yang sistematis dari organisasi untuk melihat masa depan tentang penawaran dan permintaan tenaga kerja dengan menentukan jumlah dan tipe tenaga kerja yang dibutuhkan, dimana bagian sumber daya manusia dapat merencanakan langkah-langkah penarikan, seleksi, perencanaan kader dan aktivitas sumber daya manusia lainnya, dan Mondy dan Noe (1990) menyebutkan perencanaan sumberdaya manusia merupakan suatu proses yang secara sistematis
memeriksa kembali persyaratan-persyaratan sumber daya manusia untuk memastikan bahwa jumlah pegawai yang dibutuhkan dengan skill yang disyaratkan, tersedia pada saat diperlukan. lni merupakan proses memadukan ketersediaan sumber daya manusia di dalam dan diluar perusahaan dengan antisipasi lowongan kerja dari perusahaan dalam suatu waktu atau periode.
Dengan demikian pada dasarnya perencanaan sumberdaya manusia adalah menentukan tentang kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang dibutuhkan oleh organisasi atau dapat dikatakan perencanaan sumberdaya manusia merupakan suatu proses didalam mencari orang yang tepat yang disiapkan pada tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat (The Right Man in The Right Place and The Right Time).
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengeksplorasi kontribusi keseluruhan HRIS dalam perencanaan sumber daya manusia.
METHODOLOGI PENELITIAN
Populasi Penelitian dan Metode Pengumpulan data
Populasi penelitian terdiri dari 127 responden dari atas 7 perusahaan IT di India telah diambil untuk membedakan peran HRIS dalam perencanaan tenaga kerja di perusahaan mereka. Desain penelitian yang digunakan adalah eksplorasi. Data untuk penelitian ini diperoleh terutama dari sumber primer dan sumber-sumber sekunder. Sumber primer meliputi karyawan dari organisasi TI yang mengisi kuesioner diarahkan untuk penelitian. Data juga dikumpulkan dari sumber-sumber sekunder termasuk internet, website dll. Teknik yang digunakan adalah survei dan wawancara, dan untuk analisa data digunakan SPSS paket statistik. Eksplorasi makalah penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi peran HRIS dalam perencanaan sumber daya manusia dalam organisasi TI.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1: Korelasi antara berbagai tahapan dan sub-tahapan Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia untuk Perencanaan Sumber Daya Manusia
Variabel Independen
Variabel Dependen
Penerapan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia untuk Perencanaan Sumber Daya Manusia
HRIS menganalisa deskripsi setiap pekerjaan0,568
HRIS mengatur berbagai keterampilan karyawan (kemampuan, kapasitas, kualifikasi dan tujuan karir).0,537
HRIS mengatur hubungan antara individu yang mendaftar(pelamar) dengan ketersediaan bakat di perusahaan0,184
HRIS menghilangkan pelamar yang tidak sesuai dan berfokus pada kandidat yang menjanjikan.0,252
HRIS menempatkan karyawan di tempat yang tepat dan waktu yang tepat0,347
HRIS subsistem perekrutan diimplementasikan dengan tepat0,207

Semua nilai korelasi yang signifikan pada tabel di atas menafsirkan bahwa HRIS membantu dalam semua tahap HRP termasuk menganalisis deskripsi pekerjaan, mengatur berbagai keterampilan karyawan dan mengatur hubungan antara individu yang mendaftar(pelamar) dengan ketersediaan bakat, menghilangkan pelamar yang tidak cocok dan berfokus pada kandidat yang menjanjikan, pelaksanaan subsistem perekrutan yang tepat dan menempatkan karyawan di tempat yang tepat dan waktu yang tepat
Studi ini mengkonfirmasikan bahwa dengan menerapkan HRIS, organisasi TI dapat memiliki kendali penuh atas organisasi mereka. HRIS membantu organisasi dalam perencanaan sumber daya manusia baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Menjadi sumber informasi untuk sumber daya manusia, dapat menyimpan banyak data tentang karyawan, selain itu membantu dalam mengidentifikasi posisi pekerjaan untuk karyawan. Tidak hanya itu tetapi juga dapat mengidentifikasi apakah orang tersebut berapa pada posisi tertentu yang cocok untuk pekerjaan atau tidak.
KESIMPULAN
Penelitian ini fokus utamanya adalah pada keuntungan lain yang diperoleh dari HRIS. Penelitian ini sangat bermanfaat karena studi yang membahas hubungan antara HRIS dengan HRP sangat jarang. Penelitian ini mengidentifikasi keuntungan HRIS tidak hanya dari sisi pengolahan SDM namun juga mencakup strategi perusahaan dalam mengatur SDM. Hasil penelitian menunjukkan keuntungan lain HRIS meliputi, :
    1. Keputusan mengenai SDM lebih sehat, pengawasan dan kontrol terhadap tenaga kerja dapat ditingkatkan.
    2. HRIS membantu dalam mengurangi berbagai biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya perekrutan dll karena sistem komputerisasi.
    3. HRIS mengerahkan kegiatan strategis yang luar biasa oleh manajer SDM. Kegiatan ini mencakup pelatihan dan pengembangan manajemen, perencanaan suksesi (identifikasi posisi kunci dan kebutuhan mereka), pelacakan pemohon rekrutmen dan seleksi dan perencanaan tenaga kerja, informasi kepegawaian dan identifikasi (kehadiran pelacakan, dll), perencanaan gaji, analisis absensi, analisis omset dan penjadwalan kerja.
    4. HRIS juga membantu dalam pelacakan kehadiran karyawan untuk mengetahui keteraturan dan pengabdian mereka bagi organisasi. Hal ini tidak hanya membantu dalam perencanaan gaji tetapi manajemen kinerja juga.
Pada intinya, dapat disimpulkan bahwa HRIS adalah alat yang sangat baik untuk perencanaan sumber daya manusia, meskipun ada tindakan-tindakan yang tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh HRIS.
PENERAPAN HRIS TERHADAP HRP DI INDONESIA
Menurut Hadari Nawawi (2008:46) perencanaan SDM untuk operasional bisnis dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :
Untitled
Gambar 1: Perencanaan SDM untuk mewujudkan operasional bisnis
Dalam penerapannya HRIS di Indonesia juga berpengaruh positif terhadap perencanaan SDM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiwiek Irmawati [2010] menyatakan bahwa SIPEG berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan SDM. SIPEG memberikan efek baik kepada pengembangan pegawai maupun kepada penilaian kinerja. Perencanaan SDM menggunakan data terkini dan akurat sebagaimana dihasilkan oleh SIPEG, sehingga diperoleh SDM yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Selain itu penelitian yang dilakukan Eka Kadharpa Utama Dewayani [2011] menyatakan penerapan HRIS pada PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK telah sesuai dengan tujuan perusahaan. Penerapan HRIS berpengaruh terhadap employee empowerment di perusahaan. Beberapa proses dan metode dalam HRM practice dapat dilakukan secara online sehingga mendukung kelancaran aktifitas pekerjaan karyawan. Penerapan HRIS memberikan kemudahan dalam melakukan knowledge sharing sehingga setiap karyawan dapat mengakses semua knowledge yang dibutuhkan pada setiap saat.
Dari penelitian yang ada penggunaan HRIS di Indonesia masih terbatas pada perencanaan karyawan, belum sampai pada tahap rekrutmen dan seleksi karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
UTAMA :
Dr. Shikha N. Khera, Ms. Karishma Gulati. 2012. “Human Resource Information System and its impact on Human Resource Planning: A perceptual analysis of Information Technology companies”. India
PENUNJANG
1. Nicholas Aston Beadles II. 2005. “The Impact of Human Resource Information Systems: An Exploratory Study in the Public Sector”. Milledgeville, Georgia, Amerika Serikat
2. Kamuli, Sukarman. 2009 : Fakultas ilmu Sosial Universitas Gorontalo. “Perencanaan Pegawai. Indonesia
3. Irmawati, Wiwiek. 2010. Tesis : Universitas Indonesia. “Pengaruh Sistem Informasi Kepegawaian terhadap Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Sekretariat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral”. Indonesia
4. Ekade Balkrishna Daulat, Dr. Ashok Narayan Patil. 2013. Human Resource Information System : A Tool for Decision Making. India
Sumber: http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2013/05/14/review-jurnal-sistem-informasi-sumber-daya-manusia-dan-dampaknya-terhadap-perencanaan-sumber-daya-manusia/

NAMA: ADLIN DARYANI
NPM: 10212270
KELAS: 3EA04